Jumat, 08 Mei 2009

Kewirausahaan Ormas Islam Alami Degradasi



JAKARTA -- Semangat kewirausahaan ormas-ormas Islam di Indonesia dinilai sedang mengalami degradasi. Menteri Agama, Maftuh Basyuni, mengungkapkan, penurunan semangat kewirausahaan itu ditandai dengan kian berkurangnya peranan ormas Islam dalam bidang ekonomi.

Menag memandang saat ini ormas Islam lebih terkesan telah terjebak pada bidang politik praktis dan kurang memperhatikan aspek ekonomi. Akibatnya, papar Maftuh, kehidupan ekonomi umat yang menjadi warga atau anggota ormas-ormas Islam kurang mendapatkan perhatian.

''Ormas Islam gagal memainkan peranannya dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan umat Islam pada umumnya,'' ungkap Menag saat membuka semiloka 'Pemberdayaan Ormas Keagamaan dalam Kehidupan Sosial-Ekonomi' di Jakarta, Kamis (7/5). Maftuh mendorong agar ormas-ormas Islam perlu kembali ke khittah perjuangan organisasi. Pihaknya menuturkan, perjuangan Haji Samanhoedi, pedagang Muslim, pengusaha batik dari Solo, Jawa Tengah, telah berhasil merajut potensi ekonomi umat dengan cara mengumpulkan pedagang bumiputera dalam sebuah organisasi yang disebut "Perkumpulan Rekso Rumekso" pada tahun 1909.

Maftuh juga mencontohkan, perjuangan yang dilakukan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, yang mengajarkan murid-muridnya menjadi orang yang mandiri secara ekonomi. Menurut dia, upaya Kiai Ahmad Dahlan itu telah mampu mendongkrak semangat kewirausahaan umat Muslim.

''Pada tahun 1916, kaum saudagar yang menjadi anggota persyarikatan Muhammadiyah mencapai 47 persen dari total anggota Muhammadiyah. Demikian juga, pada tahun 1926, Nahdlatul Tujjar yang selanjutnya menjadi Nahdlatul Ulama berdiri menjadi sebuah organisasi yang lebih modern,'' paparnya.

Pada 1930, papar dia, NU membuat program yang mempersilakan warganya memasang lambang NU dan merek Nahdlatul Ulama pada setiap produknya, seperti pakaian, sajadah, rokok, dan sarung. ''Semua label dicetak di percetakan NU.''Menag menuturkan, ormas Islam perlu menghidupkan kembali semangat kewirausahaan yang dikembangkan para tokoh pendahulu. Sebab, kata dia, tantangan yang akan dihadapi umat Islam di masa mendatang akan semakin berat dan kompleks.

''Jika masih terlena dengan situasi demikian dan tidak menegaskan kembali komitmen kepada kesejahteraan umat, saya khawatir umat Islam tidak dapat berperan banyak dalam kompetisi global saat ini,'' ujarnya menegaskan. Krisis ekonomi global yang sedang melanda dunia sekarang, tutur dia, seharusnya mengingatkan semua pihak agar memperhatikan kembali kemampuan dan jaringan ekonomi umat.

Saat ini, tutur Menag, ada empat hal yang menjadi dilema ekonomi umat Islam sehingga mereka tidak dapat menjadi subjek pembangunan dan hanya menjadi objek, yaitu kemiskinan, minimnya tingkat pendidikan yang mengakibatkan lemahnya sumber daya manusia, sikap hidup umat Islam itu sendiri, serta kemampuan manajemen yang kurang baik. Menurut Menag, agenda mendesak yang perlu segera dilakukan ormas Islam adalah pengembangan usaha mikro, kecil, dan Menengah (UMKM). ant/hri

(-)

Tidak ada komentar: