Rabu, 27 Mei 2009

Cak Anam: Kita Harus Lindungi Generasi Muda dari Facebook

JAKARTA - Pelarangan akses ke situs Facebook oleh 700 ulama Jawa Timur memiliki tujuan yang mulia untuk menyelamatkan generasi muda Indonesia. Jadi tidak perlu berburuk sangka pada para ulama yang mempertimbangkan dikeluarkannya fatwa untuk situs jejaring sosial itu.

"Bukannya para ulama enggak ada kerjaan, tapi itu sebagai gerakan untuk menyelamatkan generasi muda Indonesia dan bukan sebagai bentuk protes," ujar Ketua Umum PKNU, Choirul Anam, usai Muspimnas PKNU di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta Timur, Minggu (24/5.2009).

Aksi keras memprotes keberadaan Facebook oleh para ulama tidak lain didasarkan karena para santri di pesantren sudah tidak konsentrasi ke pelajaran. Melainkan kecanduan meng-update status di Facebook.

Namun pria yang akrab dipanggil Cak Anam di lingkungan Nahdlatul Ulama ini, menyatakan tidak perlu dikeluarkannya fatwa haram, ataupun pemblokiran pemerintah terhadap situs jejaring sosial tersebut.

"Tidak perlu ada blok-blokan. Dulu Depokominfo sudah pernah memblokir situs porno, tapi tetap saja ada. Jadi enggak perlu diblok, tapi sebaiknya bagaimanan cara memfilter dan tentunya yang terpenting adanya peranan dari semua pihak termasuk orang tua. Ini semua konsekuensi dari kemajuan teknologi informasi, di mana kemajuan sudah masuk ke pesantren dan anak-anak kecil sudah pakai komputer," tuturnya.

Saat ditanyakan apakah dirinya memiliki akun Facebook, "Wong anak saya juga punya, tapi saya malas (update-nya)," jawab Cak Anam.(hri)(mbs)

Muhammadiyah Miliki Jamaah Facebookiah

YOGYAKARTA - Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menolak adanya fatwa ulama yang akan mengharamkan Facebook. Bahkan, Din mengaku di Muhammadiyah juga memiliki sebuah komunitas pengguna Facebook.

"Kebetulan saya juga sudah lama menggunakan Facebook, bahkan dalam group tersebut ada group Muhammadiyah yakni Jamaah Facebookiah," tutur Din di kantor PP Muhammadiyah Jalan Cik Di Tiro, Yogyakarta, Rabu (27/5/2009).

Terkait penolakan fatwa haram Facebook itu hari ini puluhan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar aksi demo menolak Facebook (FB) diharamkan. Mereka menilai FB lebih banyak gunanya daripada tidak bergunanya.

Aksi yang digelar oleh anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Dakwah itu digelar di depan pintu masuk fakultas. Mereka menamakan diri aksi tersebut dengan Jamaah FB UIN.

Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah ulama di Jawa Timur menggelar bahtsul masail untuk membahas keberadaan Facebook yang dinilai membahayakan umat Islam. (Satria Nugraha/Trijaya/ahm)

Muhammadiyah Tolak Facebook Diharamkan



YOGYAKARTA - Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menolak jika Facebook diharamkan oleh kalangan ulama. Selama ini, ujar Din, Facebook memiliki banyak manfaat seperti layaknya sarana komunikasi lainnya yaitu telepon maupun HP.

"Saya menilai manfaatnya lebih banyak sebagai sarana komunikasi layaknya telepon atau handphone," kata Din di kantor PP Muhammadiyah Jalan Cik Di Tiro, Yogyakarta, Rabu (27/5/2009).

Din lebih setuju jika para ulama mengeluarkan fatwa yang lebih bermanfaat dan strategis seperti memberantas kemiskinan atau kemalasan umat dalam beribadah daripada memberikan label halal atau haram terhadap Facebook.

"Para ulama sebaiknya mengurusi fatwa yang strategis seperti mengentaskan kemiskinan atau memberantas kemalasan umat," katanya.

Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah ulama di Jawa Timur menggelar bahtsul masail untuk membahas keberadaan Facebook yang dinilai membahayakan umat Islam.(Satria Nugraha/Trijaya/ahm)

Pengurus Muhammadiyah Harus Nonaktif Bila Jadi Tim Sukses

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Semua pengurus di lingkungan Muhammadiyah yang menjadi anggota tim sukses calon presiden dan wakil presiden harus dinonaktifkan dari jabatannya sampai kegiatan pemilu selesai. Sebagai organisasi dakwah, Muhammadiyah tidak memiliki hubungan dan tidak terlibat d ukung-mendukung dengan kekuatan politik manapun.

Demikian salah satu isi maklumat Muhammadiyah tentang pemilu presiden 2009 yang dibacakan oleh Ketua Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nasir di hadapan pers, Rabu (27/5), di kantor PP Muhammadiyah Jalan Cik Ditiro, Yogyakarta. Maklumat ini diperuntukkan bagi masyarakat, terutama warga Muhammadiyah sebagai arahan dalam menghadapi pergantian pemimpin nasional yang tinggal hitungan hari.

Ada lima poin isi maklumat hasil pembahasan dua kali sidang pleno bersama pimpinan wilayah dan Aisyiyah se-Indonesia. Dalam maklumat itu juga disinggung mengenai apa saja yang harus dilakukan oleh calon presiden dan wakil presiden. Menurut Muhammadiyah setiap calon perlu memiliki komitmen tinggi pada idealisme kebangsaan.

Pasangan capres dan wakil presiden beserta tim suksesnya juga harus menjadikan pemilu sebagai proses demokrasi yang penting dan strategis untuk sebesar-besarnya memenuhi hajat hidup dan kepentingan bangsa. Dalam berkompetisi, mereka hendaknya bersaing secara sehat.

Pada poin ke lima Muhammadiyah mengajak semua warga bangsa, dan warga Muhammadiyah khususnya untuk menggunakan hak politik serta memilih pemimpin yang benar-benar memiliki kualitas. Ada sembilan sifat pemimpin menurut Muhammadiyah yang pat ut dipilih, antara lain berjiwa negarawan dengan mengutamakan kepentingan bangsa, memiliki visi kebangsaan yang jelas khususnya dalam hal penyelamatan sumber daya alam dan kekayaan negara, serta secara proporsional akomodatif terhadap aspirasi umat Islam d engan tetap menunjukkan komitmen kuat membangun bangsa.

Mengenai akomodatif terhadap aspirasi umat Islam, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan hal itu bukan pemikiran sektarian atau primordialistik. "Itu kewajiban Muhammadiyah menyuarakannya karena Muhammadiyah adalah gerakan Islam. Ini keniscayaan bagi piminan nasional untuk akomodatif terhadap umat Islam yang mayoritas," katanya.

Menurut Din maklumat ini tidak menjadikan Muhammadiyah terlibat dalam politik praktis untuk mendukung seseorang, melainkan hanya salah satu wujud tanggung jawab. Selain keniscayaan duniawi dalam hidup bersama di sebuah bangsa dan negara, Muhammadiyah memandang pemilu sebagai kewajiban keagamaan.

Pada kesempatan ini Din mengatakan bahwa situasi politik semakin hangat, begitu pula persaingan antarcalon mulai tidak sehat. Untuk itulah, Muhammadiyah berkewajiban mengingatkan pasangan calon presiden dan wakil presiden beserta tim sukses masing-masing bahwa politik bukan perebutan kekuasaan, melainkan harus diabdikan untuk kepentingan rakyat. Pemimpin harus berlomba-lomba dalam kebajikan.

Senin, 11 Mei 2009

Semangat Usaha Ormas Islam Turun


JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Din Syamsuddin, mengakui saat ini ormas Islam mengalami degradasi semangat kewirausahaan. Pernyataan itu sekaligus membenarkan pernyataan Menteri Agama (Menag), Maftuh Basyuni, yang disampaikan pada semiloka ''Pemberdayaan Ormas Keagamaan dalam Kehidupan Sosial-Ekonomi'' di Jakarta, Kamis (7/5) lalu. "Saya kira itu ada benarnya, walaupun ada tidak benarnya," tandas Din kepada Republika , Ahad (10/5).

Din mengatakan, ormas Islam harus mengakui bahwa semangat kewirausahaan saat ini mengalami penurunan dibandingkan masa lalu. Dulu, katanya, sentra bisnis dan industri banyak terdapat di kota-kota yang dikelola ormas Islam. "Saat itu, para pengusaha santri mengalami masa kejayaan. Misalnya, industri batik, manufaktur, dan perkebunan," ungkapnya.

Tapi, dia melihat, sejak beberapa dasawarsa terakhir, semangat itu mulai menurun dan melemah, kalah dibandingkan dengan pihak lain. Saat ini, kata Din, banyak bermunculan konglomerasi atau pengusaha besar, multicorporate atau pengusaha raksasa. "Kenyataannya mereka merobohkan kedai kami," ujarnya.

Hal tersebut, menurut Din, bukan berarti semangat kewirausahaan ormas dan umat Islam hilang sama sekali. Di dalam keterpurukan dan persaingan besar, etos usaha masih ada. "Masih ada umat Islam yang menyelenggarakan kegiatan niaga, walaupun menengah, seperti usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang mayoritas dikelola umat Islam, yakni kaum santri. Selain itu, kata Din, ormas Islam juga mendirikan ratusan usaha mikro, seperti Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

Din menjelaskan, menurunnya semangat kewirausahaan ormas Islam dan umat Islam disebabkan oleh faktor eksternal, yakni globalisasi. Menurut Din, pemerintah terlalu membuka pintu bagi kapitalisme global yang menyebabkan munculnya konglomerasi yang kurang berpihak pada UMKM. Itulah yang membuat kewirausahaan ormas Islam dan umat Islam makin terpuruk.

Menurut Din, Departemen Agama (Depag) yang berfungsi melakukan dan membuat bimbingan kewirausahaan, tapi pada kenyataan kurang, bahkan hampir tidak berbuat apa-apa. "Kami yang mempertahankan gempuran liberalisme dan kapitalisme," katanya. Dia mengatakan. Lajnah Perekonomian NU dan Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PP Muhammadiyah pernah melaksanakan kerja sama dalam menyelenggarakan pembinaan dan pemberdayaan usaha mikro. Namun, semua itu tdak berjalan baik karena kurangnya dukungan perbankan nasional,. "Pemerintah tidak serius dengan bantuannya," katanya.

Keliru
Dihubungi terpisah, Prof Azyumardi Azra, menilai pernyaaan bahwa semangat kewirausahaan ormas-ormas Islam yang mengalami degradasi tidak sepenuhnya benar, bahkan keliru. Pasalnya, ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah masih melakukan sejumlah usaha. "Ya, mungkin tidak sepenuhnya benar, ormas Islam tidak seperti itu. NU dan Muhammadiyah masih punya unit usaha, amal usaha, rumah sakit yang mendatangkan pemasukan," kata intelektual Muslim itu.

Azyumardi mengatakan, ormas Islam tidak murni melakukan bisnis seperti perusahaan. Jika ingin berbisnis, itu dilakukan oleh pengusaha Muslim. "Ormas Islam memang tidak bertujuan bisnis, tapi kalau unit usaha mereka yang menangani masalah ekonomi, itu banyak," tuturnya.

Peran ormas Islam, kata dia, menyantuni fakir miskin dan dakwah selain di bidangnya mereka menunjukkan kemajuan. Ormas Islam didirikan bukan untuk bidang ekonomi. Mereka memiliki fungsi dalam bidang dakwah dan membantu sesama Muslim. Itu juga mendatangkan manfaat ekonomi. Tidak bisa dikatakan mengalami degradasi. Ormas Islam justru mengalami peningkatan masalah penyejahteraan rakyat, misalnya, zakat, infak, shadaqah (ZIS). "Perolehannya meningkat dari tahun ke tahun," katanya.

Dia membantah pernyataan yang mengatakan ormas Islam telah terjebak pada bidang politik praktis dan kurang memperhatikan aspek ekonomi. "Pemilu tahun 2009 ini, tidak ada tokoh NU atau Muhammadiyah yang terlibat. Ini merupakan asumsi yang keliru terhadap ormas Islam," katanya she.

Jumat, 08 Mei 2009

Kewirausahaan Ormas Islam Alami Degradasi



JAKARTA -- Semangat kewirausahaan ormas-ormas Islam di Indonesia dinilai sedang mengalami degradasi. Menteri Agama, Maftuh Basyuni, mengungkapkan, penurunan semangat kewirausahaan itu ditandai dengan kian berkurangnya peranan ormas Islam dalam bidang ekonomi.

Menag memandang saat ini ormas Islam lebih terkesan telah terjebak pada bidang politik praktis dan kurang memperhatikan aspek ekonomi. Akibatnya, papar Maftuh, kehidupan ekonomi umat yang menjadi warga atau anggota ormas-ormas Islam kurang mendapatkan perhatian.

''Ormas Islam gagal memainkan peranannya dalam meningkatkan kesejahteraan anggota dan umat Islam pada umumnya,'' ungkap Menag saat membuka semiloka 'Pemberdayaan Ormas Keagamaan dalam Kehidupan Sosial-Ekonomi' di Jakarta, Kamis (7/5). Maftuh mendorong agar ormas-ormas Islam perlu kembali ke khittah perjuangan organisasi. Pihaknya menuturkan, perjuangan Haji Samanhoedi, pedagang Muslim, pengusaha batik dari Solo, Jawa Tengah, telah berhasil merajut potensi ekonomi umat dengan cara mengumpulkan pedagang bumiputera dalam sebuah organisasi yang disebut "Perkumpulan Rekso Rumekso" pada tahun 1909.

Maftuh juga mencontohkan, perjuangan yang dilakukan KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, yang mengajarkan murid-muridnya menjadi orang yang mandiri secara ekonomi. Menurut dia, upaya Kiai Ahmad Dahlan itu telah mampu mendongkrak semangat kewirausahaan umat Muslim.

''Pada tahun 1916, kaum saudagar yang menjadi anggota persyarikatan Muhammadiyah mencapai 47 persen dari total anggota Muhammadiyah. Demikian juga, pada tahun 1926, Nahdlatul Tujjar yang selanjutnya menjadi Nahdlatul Ulama berdiri menjadi sebuah organisasi yang lebih modern,'' paparnya.

Pada 1930, papar dia, NU membuat program yang mempersilakan warganya memasang lambang NU dan merek Nahdlatul Ulama pada setiap produknya, seperti pakaian, sajadah, rokok, dan sarung. ''Semua label dicetak di percetakan NU.''Menag menuturkan, ormas Islam perlu menghidupkan kembali semangat kewirausahaan yang dikembangkan para tokoh pendahulu. Sebab, kata dia, tantangan yang akan dihadapi umat Islam di masa mendatang akan semakin berat dan kompleks.

''Jika masih terlena dengan situasi demikian dan tidak menegaskan kembali komitmen kepada kesejahteraan umat, saya khawatir umat Islam tidak dapat berperan banyak dalam kompetisi global saat ini,'' ujarnya menegaskan. Krisis ekonomi global yang sedang melanda dunia sekarang, tutur dia, seharusnya mengingatkan semua pihak agar memperhatikan kembali kemampuan dan jaringan ekonomi umat.

Saat ini, tutur Menag, ada empat hal yang menjadi dilema ekonomi umat Islam sehingga mereka tidak dapat menjadi subjek pembangunan dan hanya menjadi objek, yaitu kemiskinan, minimnya tingkat pendidikan yang mengakibatkan lemahnya sumber daya manusia, sikap hidup umat Islam itu sendiri, serta kemampuan manajemen yang kurang baik. Menurut Menag, agenda mendesak yang perlu segera dilakukan ormas Islam adalah pengembangan usaha mikro, kecil, dan Menengah (UMKM). ant/hri

(-)