Minggu, 21 Desember 2008

Mukti Lulus Doktor

Saturday, 20 December 2008
ImageABDUL MU’TI, JAKARTA (SINDO) – Berbaurnya penganut berbagai agama dalam kehidupan masyarakat merupakan bukti kearifan pluralisme di Indonesia.

Mahasiswa Program Doktor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,Abdul Mu’ti, mengangkat fenomena ini dan menuangkannya dalam sebuah disertasi berjudul ”Pluralisme Keagamaan dalam Pendidikan Muhammadiyah: Studi Kasus di Ende,Serui,dan Putussibau”.

Dalam ujian disertasi Program Doktor Pascasarjana di UIN Syarif Hidayatullah kemarin, pria yang pernah menjabat Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah periode 2002–2006 ini meraih cum laude. Tim penguji terdiri dari Prof Dr Azyumardi Azra,Prof Dr HA Malik Fadjar, Prof Sucipto, Prof Soewito, dan Dr Fuad Jabali.

Abdul Mu’ti melakukan penelitian selama tiga bulan di tiga sekolah Muhammadiyah berbeda.Ketiganya,yakni SMA Muhammadiyah I Ende,Kota Ende,Nusa Tenggara Timur; SMP Muhammadiyah Serui,Yapen Waropen,Papua; dan SMA Muhammadiyah Putussibau,Kapuas Hulu,Kalimantan Barat.

Menariknya,sekolah berciri khusus Muhammadiyah ini ternyata juga diminati masyarakat setempat yang mayoritas beragama Katolik dan Kristen.”Dari total murid di sekolah itu, terdapat 75% siswa nonmuslim di Ende, 60% di Putussibau,dan 80% di Serui,”ungkap Abdul Mu’ti kepada SINDO kemarin.

Menurut dia,keharmonisan pluralisme di ketiga sekolah ini dibuktikan dengan terlibatnya warga setempat dalam proses pembangunan sekolah Muhammadiyah. Selain itu,dalam proses rekrutmen dan promosi yang dilakukan guru agama Kristen tanpa paksaan. ”Uniknya lagi, banyak siswi yang mengenakan jilbab atas keinginannya sendiri,”ujar Mu’ti.

Alasan sekolah itu diminati warga, di antaranya karena Muhammadiyah memberikan pendidikan agama sesuai kebutuhan muridnya oleh guru yang kompeten. Dari hasil wawancara Abdul Mu’ti dengan masyarakat setempat, sekolah-sekolah itu juga dinilai murah, tetapi berkualitas.

Berdasarkan data survei lapangan, sebanyak 51,2% menerima pendidikan ini karena alasan faktor kualitas sekolah yang bagus. Alasan pendidikan murah sebanyak 20,9%, karena menerima pendidikan sesuai agama 14,7%, dan jarak sekolah dekat dengan rumah sebesar 13,2%.

Keberanian mengakomodasi rights to education atau hak pendidikan masyarakat setempat membuktikan bahwa toleransi beragama di Indonesia tidak seperti dalam pandangan masyarakat saat ini.Jauh dari pusat ibu kota negara Republik Indonesia,terdapat di daerah,justru berjalan harmonis.

Menurut AbdulMu’tiyangkinijugamenjabatDirekturEksekutif Centre for Dialogue and Cooperation amongs Civilisations (CDCC), paradigma perbedaan agama sebagai pemecah belah telah terbantahkan.

Hasil penelitiannya membuktikan bahwa pengaruh pendidikan yang seimbang justru dapat menghidupkan toleransi dalam pluralitas keagamaan. (isfari hikmat)


Tidak ada komentar: