Sabtu, 27 Desember 2008

Prof Dr M Din Syamsuddin MA: Muhammadiyah Ajak Konsolidasi dan Koalisi




Written by Aris Rahman

Image(Jakarta, MADINA): Persyarikatan Muhammadiyah memasuki abad keduanya akan terus meningkatkan kualitas dan kuantitasnya. “Dari pengalaman amal usahanya, Muhammadiyah selama ini sudah cukup banyak berperan dan memberikan pengaruh besar buat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Kami berharap konsolidasi dan sekaligus koalisi dari lingkaran-lingkaran yang banyak yang ada di negara Indonesia ini, baik misalnya lingkaran mahasiswa, partai Islam dan lingkaran umat lain,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr M Din Syamsuddin MA dalam puncak perayaan Milad (ulang tahun) Muhammadiyah ke-99 di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Selasa lalu.
Menurut Din, lingkaran-lingkaran yang banyak tersebut sesuatu yang abstrak tetapi ada. “Ketika mereka bisa menunjukkan soliditas pada lingkaran-lingkaran ini, kita sinkronkan dengan lingkaran-lingkaran yang lain, itulah yang menjadi lingkaran besar, lingkaran bangsa kita. Oleh karena itu, saya khusus mendorong adanya aliansi strategis dari ormas-ormas Islam, begitu juga aliansi strategis dari partai-partai Islam dan partai-partai yang berbasiskan massa Islam, yang sifatnya strategis,” kata Din.

Ulang Tahun Muhammadiyah yang bertemakan Muhammadiyah Berkiprah Mencerdaskan dan Mencerahkan Bangsa ini dihadiri, antara lain sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Wakil Ketua MPR RI, Wakil Ketua DPR RI, para tokoh nasional, mantan Ketua DPR RI, Dr Ir Akbar Tanjung. Para tokoh agama, tokoh partai politik (Parpol), para duta besar negara-negara sahabat, baik dari Negara Arab dan Negara Eropa dan juga dihadiri oleh keluarga besar Muhammadiyah, baik tokoh agama, tokoh politik dan tokoh LSM yang bernaung dalam organisasi tersebut.

Din Syamsuddin menjelaskan, Muhammadiyah lahir 8 Dzulhijjah, dua hari sebelum Idul Adha, pada tahun 1330 Hijriah. Insya Allah di tahun yang akan datang, pada tahun 1430 Hijriah, Muhammadiyah genap berusia satu abad. Sedangkan menurut perhitungan penanggalan Miladiyah, Muhammadiyah lahir pada tanggal 18 November 1912, maka beberapa hari yang lalu, Muhammadiyah juga genap berusia 96 tahun.

Dikatakan Din Syamsuddin, memasuki abad kedua Muhammadiyah, pihaknya juga akan melakukan revitalisasi, meningkatkan apa yang sekarang menjadi kekuatan Muhammadiyah, yaitu beramal dan berbuat amar makruf nahyi munkar. “Kami meyakini keimanan itu harus diamalkan dalam amal dan aksi, termasuk juga mendorong Islam yang berkemajuan. Semuanya bukan hanya untuk Islam melainkan juga untuk umat bangsa ini,” jelasnya.

Din Syamsuddin mengigatkan, Muhammadiyah tetap pada jati dirinya sebagai gerakan dakwah, gerakan kebudayaan atau gerakan cultural yang memilih strategis perjuangannya yaitu pendekatan atau strategi cultural, untuk memperkuat landasan budaya dalam kehidupan masyarakat dan dalam kehidupan bangsa. “Oleh karena itu, Muhammadiyah, Alhamdulillah, tak bergeming dari jati dirinya ini dan tidak terpengaruh dari pesona-pesona lain termasuk untuk beralih menjadi gerakan atau partai politik,” ucap Din.

Muhammadiyah sejak kelahirannya, melakukan gerakan politik atau dakwah lewat politik, yaitu sebagai politik dakwah, politik amar makruf dan nahyi mungkar, yang disebut sebagai politik adi luhung. Sedangkan terkait dengan politik praktis dan politik kepartaian, Muhammadiyah sejak dulu sudah memiliki hittah, tidak memiliki hubungan organisatoris, struktural dan juga tidak berafiliasi dengan partai politik manapun dan menjelaskan kepada aktivis warga Muhammadiyah untuk berjuang lewat jalur-jalur politik, termasuk untuk memprakarsai dan memasuki partai-partai politik yang ada dewasa ini. Namun harus diniatkan untuk dakwah dan untuk amar makruf dan nahyi mungkar,” ujarnya.

Ditegaskan Din Syamsuddin, sejak lahirnya Muhammadiyah, organisasi tersebut telah ikut serta berperan, berkontribusi, untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, termasuk sebelum negara Republik Indonesia terwujud. Muhammadiyah telah lahir dan menjadi elemen masyarakat madani, menjadi kekuatan bangsa yang cukup signifikan, memberikan kontribusinya bagi pencerahan dan pencerdasan lewat jalur pendidikan, pelayanan sosial, pemberdayaan ekonomi dan juga dakwah-dakwah pencerahan. Dan ini sesuai dengan ideologi dan etos yang dimiliki Muhammadiyah itu sendiri sejak kelahirannya, yang kami sebut sebagai Islam yang Berkemajuan,” tandasnya.

Soal Capres, Insya Allah

Din Syamsuddin juga menegaskan kembali, seandainya dirinya dipinang oleh salah satu partai politik (Parpol) lokal untuk menjadi Calon Presiden (Capres) RI 2009, ia mengatakan insya Allah. “Ditanya, apakah saya bersedia dan siap, jika dipinang oleh salah satu parpol yang ada sekarang ini untuk menjadi Capres RI 2009, maka jawabannya insya Allah, karena ya atau tidaknya pada posisi apa dan nomor berapa saya ditempatkan. Semua itu tergantung kepada masing-masing partai-partai politik yang ada sekarang ini. Nah kita serahkan semuanya kepada partai-partai politik yang ada itu,” ungkapnya.

Bagi Din Syamsuddin sendiri, sebagai pemimpin di negara ini tidak selalu harus pada posisi pemimpin formal, tetapi juga pada posisi pemimpin informal. “Seperti sekarang ini saya menjadi pemimpin Muhammadiyah, tidak kalah kemuliaannya, kehormatannya dan tidak kalah kiprahnya untuk bangsa ini. Tetapi sekali lagi saya tegaskan, kalau ada peluang untuk menjadi pimpinan formal, maka mengapa tidak, mungkin saja saya terima. Tetapi karena mekanismenya tergantung partai politik, maka kita serahkan semua kepada mereka. Kalau itu nanti menjadi kenyataaan dan ada permintaan, ada lamaran atau istilahnya ada pinangan dari partai politik manapun itu, tentu saya akan berkonsultasi dahulu dengan para petinggi Muhammadiyah dan setelah itu kita juga baru mempertimbangkan untuk apa, posisi apa dan nomor berapa,” tuturnya.

Untuk Pemilihan Umum mendatang, seandainya ia telah dipinang oleh salah satu partai politik lokal yang ada sekarang ini, Din Syamsuddin, mengaku tidak ada persiapan-persiapan khusus apa pun. “Saya terikat dengan amanat Muhammadiyah. Tentu saya tidak bisa lebih maju, walaupun selama ini telah menjadi wacana politik di berbagai media massa, baik dari pendapat para fungsionaris partai politik, pendapat dari para pengamat politik, yang banyak mengatakan bahwa saya itu ada peluang untuk menjadi Capres RI 2009, maka saya nyatakan kepada mereka insya Allah. Saya kira, saya masih meninjau dulu perkembangan politik itu sendiri hingga momen sebelum Pemilu 2009,” demikian kata Din.

Perlu Koalisi

Menghadapi pemilihan umum yang akan datang perlu adanya koalisi strategis parpol Islam dan parpol berbasis massa Islam. “Hal ini dimaksudkan agar representasi politik Islam tetap berlanjut dan marwah politik politik Islam tetap terjaga,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Dr M Din Syamsuddin MA kepada MADINA di Jakarta, baru-baru ini.

Menurut Din Syamsuddin, yang juga gurubesar politik Islam Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Jakarta ini, kekuatan politik Islam yang tersebar di banyak parpol hendaklah tidak menjadi faktor kelemahan, tapi kekuatan umat Islam pada ranah politik.

Banyaknya parpol Islam selain potensial memecah belah umat Islam, juga dapat membawa kekalahan politik. Apalagi selama ini perolehan suara parpol Islam dan parpol berbasis massa Islam pada beberapa pemilu cenderung konstans di bawah 40%; kalaupun ada parpol yang memperoleh tambahan suara adalah karena mengambil suara saudaranya sendiri dari parpol Islam lain.

Menghadapi kenyataan itu, lanjut Din, perlu diciptakan “simpul lingkaran-lingkaran” yang membuat ikatan kuat, khususnya pada persoalan strategisseperti masalah-masalah kebangsaaan dan pemilihan presiden/wapres. Kalau hal ini tidak dilakukan maka kekuatan politik Islam akan melemah dan parpol-parpol Islam hanya menjadi pelengkap penyerta dari arus kekuatan politik lain.

Koalisi strategis ini menjadi mendesak menghadapi pilpres, karena idealnya parpol Islam dan parpol berbasis massa Islam idealnya tampil dengan calon tunggal untuk capres dan atau cawapres. Koalisi strategis ini akan berfungsi sebagai poros tengah baru terhadap dua kekuatan yaitu incumbent dan oposisi.

Poros tengah baru ini selain akan membawa soliditas suara pemilih muslim juga dapat menjaring dukungan pemilih lain khususnya “swing voters” (pemilih yang belum menentukan pilihannya) yang jumlahnya ditaksir sangat besar. (pr/uy/mur)

Tidak ada komentar: