Rabu, 11 Maret 2009

Muhammadiyah dan Suksesi Nasional 2009

Fajar Riza Ul Haq
(Direktur Program MAARIF Institute dan Chevening Fellow, Universitas Birmingham, UK)


Muhammadiyah menye lenggarakan Sidang Tanwir 5-8 Ma ret 2009 di Bandar Lampung, satu purnama menjelang Pemilu 9 April. Tanwir kedua dalam pe riode kepemimpinan Din Syamsud din (2005-2010) kali ini mengusung tema Muhammadiyah Membangun Visi dan Karakter Bangsa. Satu pertanyaan agak klasik di tengah situasi politik bangsa yang kian memanas layak diajukan, apakah forum tertinggi setelah muktamar ini merupakan ajang konsolidasi Muhammadiyah dalam menghadapi pesta demokrasi lima tahunan tersebut? Tradisi tanwir ini sudah terba ngun lama seiring dengan perkembangan Muhammadiyah sendiri sejak 1912.

Dalam catatan sejarah organisasi yang meraksasa dengan ratusan amal usaha pendidikan dan kesehatan ini, nilai strategis sidang tanwir ti dak hanya pada aspek legalitas sikap resmi organisasi, tetapi juga bagaimana sebuah gagasan perubahan berhasil diinkubasi untuk kepenting an bangsa. Contoh terbaik untuk kasus terakhir adalah gagasan suksesi nasional pada masa Orde Baru yang dilontarkan Amien Rais pada Sidang Tanwir di Surabaya, Desember 1993.

Dalam banyak kasus, ada relasi yang jelas antara perhelatan satu sidang tanwir dan kondisi politik bang sa yang sedang berlangsung. Tentu ini suatu hal logis mengingat Muhammadiyah sangat berkepentingan dengan masa depan Indonesia. Hal ini terlihat jelas dalam tema tanwir kali ini yang mempertegas komitmen Muhammadiyah untuk berkiprah lebih luas dalam koridor kebangsaan. Terlebih, tidak sedikit kader-kadernya yang terjun ataupun aktif dalam kancah politik. Amien Rais dalam wawancaranya dengan Suara Muhammadiyah, Edisi Feb - ruari 2009, menggarisbawahi bahwa tidak ada salahnya kader Muham - ma diyah ikut terlibat dalam arena politik. Semangat demikianlah yang men jadi tonggak transformasi kader Mu hammadiyah dari ranah persyari - kat an dan umat menuju kader bang - sa. Bahkan, Ahmad Syafii Maarif dalam banyak kesempatan di forumforum Muhammadiyah mulai mene - kankan pentingnya ‘revisi’ prioritas ranah juang kader yang selama ini ma sih mengedepankan semangat ka - der persyarikatan. Menurut penasihat PP Muhammadiyah ini, sudah seharusnya Muhammadiyah memproyeksikan proses kaderisasi yang berorientasi pada kepentingan bang - sa dan kemanusiaan. Dengan ungkap an lain, sebagai organisasi dakwah mo dern, Muhammadiyah harus me - ner jemahkan gagasan-gagasan pembaharuan sosial-keagamaannya pa - da domain persoalan kenegaraan dan kemanusiaan yang inklusif.

Civil societydan politik Sebagai kekuatan civil society yang menopang konsolidasi demo - krasi, wacana politik dan kepe mim - pinan nasional bukanlah hal tabu untuk dibicarakan dalam arena tan - wir. Beberapa perhelatan sidang tan - wir, khususnya sejak era reformasi, selalu dihadapkan ataupun membahas persoalan politik kebangsaan.

Kelahiran Partai Amanat Nasional (PAN) pada 1999 dan Partai Mata - hari Bangsa (PMB) belakangan ini sulit untuk dipisahkan dari dinamika tersebut meskipun sering dianggap sebagai dua bab terpisah dalam percaturan organisasi ini. Seusai hiruk pikuk PAN, kehadiran PMB yang dibidani sejumlah kader ideo - logis-biologis Muhammadiyah da - lam kontestansi pemilu besok tak pelak mengundang sejumlah pertanyaan, terkait masa depan keberjarakan Muhammadiyah dengan institusi partai politik. Kalangan PMB meng klaim bahwa embrio partai yang ber asas Islam berkemajuan ini ada lah rekomendasi Sidang Tanwir Mu hammadiyah di Mataram, Desember 2004.

Dalam konteks ini, netralitas Mu - hammadiyah sebagai garda civil society dalam gelandang politik merupakan posisi yang tidak bisa di - tawar. Kepemimpinan Syafii Maarif (1999-2000; 2000-2005) menjadi sa - lah satu contoh terbaik, bagaimana ormas Islam ini menjunjung tinggi prinsip netralitas organisasi di atas perkawanan. Persoalan netralitas Muhammadiyah menjelang pemilu dan pilpres besok merupakan topik perbincangan menggairahkan belakangan ini di kalangan Muhamma - diyah meskipun secara formal tidak mungkin keluar dari pakem gerakan dakwah dan sosial.

Isu menarik yang akan mencuri per hatian para peserta tanwir adalah spekulasi masa depan Din Syamsud - din selaku ketua umum PP Muham - ma diyah. PMB sudah lebih awal men deklarasikan Din Syamsuddin sebagai calon presiden untuk Pemi - lihan Presiden (pilpres) 2009. Mantan ketua umum PP Pemuda Muhamma - diyah ini juga diminati beberapa par tai lain untuk dijagokan dalam pil pres besok. Namun, dalam banyak kesempatan Din selalu menyampaikan bahwa keputusan terkait ke - sertaan dirinya di ajang pilpres sa - ngat tergantung sikap dan dukung - an politik Muhammadiyah. Sesuai SK PP Muhammadiyah No 101/ - KEP/ I.0/B/2007 yang melarang dualisme kepengurusan, siapa pun pengurus Muhammadiyah yang ma - suk ke dunia politik praktis, baik se - bagai calon anggota legislatif mau - pun jabatan politik lainnya, harus melepaskan jabatan strukturalnya di Muhammadiyah. Andai sidang tanwir memberikan lampu hijau dan Din tegas bersedia untuk maju da - lam pertarungan pilpres mendatang, berarti sinyal ini menandai akan adanya peralihan kepemimpi nan di tubuh ormas Islam ini.

Tapi, apakah dorongan kembali agar Muhammadiyah berkontribusi lebih dalam suksesi nasional nanti akan menggelinding deras di forum tanwir kali ini? Banyak faktor dan aktor yang akan sangat menentukan, apalagi masalah ini kemungkinan besar tidak masuk dalam agenda res - mi tanwir. Suatu kondisi yang mung - kin tidak bisa disamakan dengan suasana psikologis warga Muham - ma diyah pada Pemilu dan Pilpres 2004. Namun, rekomendasi Tanwir II Pemuda Muhammadiyah di Ma - kassar, Agustus 2008, sangat terang meminta Muhammadiyah mendo - rong kader terbaiknya untuk terjun dalam suksesi kepemimpinan na - sional mendatang. Tidak bisa dina - fikan bahwa semangat rekomendasi itu mengarah kepada pimpinan puncak Muhammadiyah saat ini.

Sesungguhnya aspirasi ini sempat menyeruak dalam Sidang Tanwir di Yogyakarta, April 2007, dalam sesi pandangan umum Ikatan Remaja Muhammadiyah dan Pemuda Mu - hammadiyah.

Sikap politik Muhammadiyah ter - kait suksesi kepemimpinan 2009 akan semakin jelas terlihat arahnya pada sidang tanwir kali ini. Ke siap - an dan totalitas organisasi akan sa - ngat menentukan langkah Din selanjutnya. Kondisi sebaliknya akan berdampak lain pula. Fakta di la - pangan menunjukkan bahwa suarasuara di level wilayah dan daerah masih belum padu. Faktor aspirasi dan afiliasi partai politik warga Muhammadiyah yang beragam me - mainkan peran penting dalam proses tarik-menarik ini. Bila persoalan ini dilihat dalam kerangka pertarungan kutub-kutub politik yang ada, Gol - kar, PAN, PKS, PPP, bahkan PMB sama-sama memiliki jaringan dan akses ke semua lini organisasi Mu - ham madiyah.

Melampaui polemik ini, hajatan Tanwir di Bandar Lampung tentu akan menjadi momentum terbaik Muhammadiyah untuk melakukan konsolidasi internal organisasi sesuai amanat Muktamar 2005 di Malang. Yang pasti, sebagai organisasi yang dewasa, Muhammadiyah harus tetap menampilkan keteladanan dan sikap lebih arif dalam praktik berdemo - krasi dan bernegara sebagaimana tema tanwir. Selamat bermu sya wa - rah. Wallahu`alam.

Tidak ada komentar: